"sampaikanlah walau hanya satu ayat"

Rabu, 22 Juni 2011

HUKUM-HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN PUASA RAMADHAN


1. Definisi :
Puasa ialah menahan diri dari makan, minum dan bersenggama mulai dari terbit fajar yang kedua sampai terbenamnya matahari. Firman Allah Ta 'ala:
" …….dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam ... "(Al-Baqarah: 187),
2. Kapan dan bagaimana puasa Ramadhan diwajibkan ?
Puasa Ramadhan wajib dikerjakan setelah terlihatnya hilal, atau setelah bulan Sya'ban genap 30 hari. Puasa Ramadhan wajib dilakukan apabila hilal awal bulan Ramadhan disaksikan seorang yang dipercaya, sedangkan awal bulan-bulan lainnya ditentukan dengan kesaksian dua orang yang dipercaya.
3. Siapa yang wajib berpuasa Ramadhan ?
Puasa Ramadhan diwajibkan atas setiap muslim yang baligh (dewasa), aqil (berakal), dan mampu untuk berpuasa.
4. Syarat wajibnya puasa Ramadhan ?
Adapun syarat-syarat wajibnya puasa Ramadhan ada empat, yaitu Islam, berakal, dewasa dan mampu.
5. Kapan anak kecil diperintahkan puasa ?
Para ulama mengatakan Anak kecil disuruh berpuasa jika kuat, hal ini untuk melatihnya, sebagaimana disuruh shalat pada umur 7 tahun dan dipukul pada umur 10 tahun agar terlatih dan membiasakan diri.
6 Syarat sahnya puasa.
Syarat-syarat sahnya puasa ada enam :
Islam : tidak sah puasa orang kafir sebelum masuk Islam.
Akal : tidak sah puasa orang gila sampai kembali berakal.
Tamyiz : tidak sah puasa anak kecil sebelum dapat membedakan (yang balk dengan yang buruk).
Tidak haid : tidak sah puasa wanita haid, sebelum berhenti haidnya.
Tidak nifas : tidak sah puasa wanita nifas, sebelum suci dari nifas.
Niat : dari malam hari untuk setiap hari dalam puasa wajib. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi : "Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari sebelum fajar, maka tidak sah puasanya. " (HR.Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa'i dan At-Tirmidzi. Ia adalah hadits mauquf menurut At-Tirmidzi.
Dan hadits ini menunjukkan tidak sahnya puasa kecuali diiringi dengan niat sejak malam hari, yaitu dengan meniatkan puasa di salah satu bagian malam.

KEKHUSUSAN DAN KEISTIMEWAAN BULAN RAMADHAN

1. Puasa Ramadhan adalah rukun keempat dalam Islam. Firman Allah Ta'ala :

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan asas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. "(Al-Baqarah : 183).

Sabda Nabi :

Islam didirikan di atas lima sendi, yaitu: syahadat tiada sembahan yang haq selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi hajike Baitul Haram. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan kebaikan, dan pengangkatan derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya dari amal-amal ibadah lainnya. Firman Allah dalam hadits yang disampaikan oleh Nabi:
"Puasa itu untuk-Ku dan Aku langsung membalasnya. Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum dari pada aroma kesturi." (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Dan sabda Nabi :
"Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Maka untuk memperoleh ampunan dengan puasa Ramadhan, harus ada dua syarat berikut ini:

    • Mengimani dengan benar akan kewajiban ini.
    • Mengharap pahala karenanya di sisi Allah Ta 'ala.
2. Pada bulan Ramadhan diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan berisi keterangan-keterangan tentang petunjuk dan pembeda antara yang haq dan yang bathil.
3. Pada bulan ini disunatkan shalat tarawih, yakni shalat malam pada bulan Ramadhan, untuk mengikuti jejak Nabi, para sahabat dan Khulafaur Rasyidin. Sabda Nabi
"Barangsiapa mendirikan shalat malam Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (dari Allah) niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).
4. Pada bulan ini terdapat Lailatul Qadar (malam mulia), yaitu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, atau sama dengan 83 tahun 4 bulan. Malam di mana pintu-pintu langit dibukakan, do'a dikabulkan, dan segala takdir yang terjadi pada tahun itu ditentukan. Sabda Nabi :
"Barangsiapa mendirikan shalatpada Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala, dari Allah niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Malam ini terdapat pada sepuluh malam terakhir, dan diharapkan pada malam-malam ganjil lebih kuat daripada di malam-malam lainnya. Karena itu, seyogianya seorang muslim yang senantiasa mengharap rahmat Allah dan takut dari siksa-Nya, memanfaatkan kesempatan pada malam-malam itu dengan bersungguh-sungguh pada setiap malam dari kesepuluh malam tersebut dengan shalat, membaca Al-Qur'anul Karim, dzikir, do'a, istighfar dan taubat yang sebenar-benamya. Semoga Allah menerima amal ibadah kita, mengampuni, merahmati, dan mengabulkan do'a kita.
5. Pada bulan ini terjadi peristiwa besar yaitu Perang Badar, yang pada keesokan harinya Allah membedakan antara yang haq dan yang bathil, sehingga menanglah Islam dan kaum muslimin serta hancurlah syirik dan kaum musyrikin.
6. Pada bulan suci ini terjadi pembebasan kota Makkah Al-Mukarramah, dan Allah memenangkan Rasul-Nya, sehingga masuklah manusia ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong dan Rasulullah menghancurkan syirik dan paganisme (keberhalaan) yang terdapat di kota Makkah, dan Makkah pun menjadi negeri Islam.
7. Pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup dan para setan diikat.
Betapa banyak berkah dan kebaikan yang terdapat dalam bulan Ramadhan. Maka kita wajib memanfaatkan kesempatan ini untuk bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan beramal shalih, semoga kita termasuk orang-orang yang diterima amalnya dan beruntung.
Perlu diingat, bahwa ada sebagian orang –semoga Allah menunjukinya- mungkin berpuasa tetapi tidak shalat, atau hanya shalat pada bulan Ramadhan saja. Orang seperti ini tidak berguna baginya puasa, haji, maupun zakat. Karena shalat adalah sendi agama Islam yang ia tidak dapat tegak kecuali dengannya. Sabda Nabi :
"Jibril datang kepadaku dan berkata, 'Wahai Muhammad, siapa yang menjumpai bulan Ramadhan, namun setelah bulan itu habis dan ia tidak mendapat ampunan, maka jika mati ia masuk Neraka. Semoga Allah menjauhkannya. Katakan: Amin!. Aku pun mengatakan: Amin. " (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya) "' Lihat kitab An Nasha i'hud Diniyyah, him. 37-39.
Maka seyogianya waktu-waktu pada bulan Ramadhan dipergunakan untuk berbagai amal kebaikan, seperti shalat, sedekah, membaca Al-Qur'an, dzikir, do'a dan istighfar. Ramadhan adalah kesempatan untuk menanam bagi para hamba Ailah, untuk membersihkan hati mereka dari kerusakan.
Juga wajib menjaga anggota badan dari segala dosa, seperti berkata yang haram, melihat yang haram, mendengar yang haram, minum dan makan yang haram agar puasanya menjadi bersih dan diterima serta orang yang berpuasa memperoleh ampunan dan pembebasan dari api Neraka.
Tentang keutamaan Ramadhan, bersabda:
'"Aku melihat seorang laki-laki dari umatku terengah-engah kehausan, maka datanglah kepadanya puasa bulan Ramadhan lalu memberinya minum sampai kenyang " (HR. At-Tirmidzi, Ad-Dailami dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir dan hadits ini hasan).
"Shalat lima waktu, shalat Jum'at ke shalat Jum 'at lainnya, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan di antaranya jika dosa-dosa besar ditinggalkan. " (HR.Muslim).
Jadi hal-hal yang fardhu ini dapat menghapuskan dosa-dosa kecil, dengan syarat dosa-dosa besar ditinggalkan. Dosa-dosa besar, yaitu perbuatan yang diancam dengan hukuman di dunia dan siksaan di akhirat. Misalnya: zina, mencuri, minum arak, mencaci kedua orang tua, memutuskan hubungan kekeluargaan, transaksi dengan riba, mengambil risywah (uang suap), bersaksi palsu, memutuskan perkara dengan selain hukum Allah.
Seandainya tidak terdapat dalam bulan Ramadhan keutamaan-keutamaan selain keberadaannya sebagai salah satu fardhu dalam Islam, dan waktu diturunkannya Al-Qur'anul Karim, serta adanya Lailatul Qadar -yang merupakan malam yang lebih balk daripada seribu bulan- di dalamnya, niscaya itu sudah cukup, Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya. Lihat kitab Kalimaat Mukhtaarah, hlm. 74 - 76

KEUTAMAAN PUASA


1. Dalil :


Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi bersabda:
"Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman, 'Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. la telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku.' Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma kesturi."

2. Bagaimana ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah?


Perlu diketahui, bahwa ber-taqarrub kepada Allah tidak dapat dicapai dengan meninggalkan syahwat ini -yang selain dalam keadaan berpuasa adalah mubah- kecuali setelah ber-taqarrub kepada-Nya dengan meninggalkan apa yang diharamkan Allah dalam segala hal, seperti: dusta, kezhaliman dan pelanggaran terhadap orang lain dalam masalah darah, harta dan kehormatannya. Untuk itu, Nabi bersabda : "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh dengan puasanya dari makan dan minum." (HR. Al-Bukhari).
Inti pernyataan ini, bahwa tidak sempurna ber-taqarrub kepada Allah Ta'ala dengan meninggalkan hal-hal yang mubah kecuali setelah ber-taqarrub kepada-Nya dengan meninggalkan hal-hal yang haram.
Dengan demikian, orang yang melakukan hal-hal yang haram kemudian ber-taqarrub kepada Allah dengan meninggalkan hal-hal yang mubah, ibaratnya orang yang meninggalkan hal-hal yang wajib dan ber-taqarrub dengan hal-hal yang sunat.
Jika seseorang dengan makan dan minum berniat agar kuat badannya dalam shalat malam dan puasa maka ia mendapat pahala karenanya. Juga jika dengan tidurnya pada malam dan siang hari berniat agar kuat beramal (bekerja) maka tidurnya itu merupakan ibadah.
Jadi orang yang berpuasa senantiasa dalam keadaan ibadah pada siang dan malam harinya. Dikabulkan do'anya ketika berpuasa dan berbuka. Pada siang harinya ia adalah orang yang berpuasa dan sabar, sedang pada malam harinya ia adalah orang yang memberi makan dan bersyukur.

3. Syarat mendapat pahala puasa :


Di antara syaratnya, agar berbuka puasa
dengan yang halal. Jika berbuka puasa dengan yang haram maka ia termasuk orang yang menahan diri dari yang dihalalkan Allah dan memakan apa yang diharamkan Allah, dan tidak dikabulkan do'anya.
Orang berpuasa yang berjihad :

Perlu diketahui bahwa orang mukmin pada bulan Ramadhan melakukan dua jihad, yaitu :
    • Jihad untuk dirinya pada siang hari dengan puasa.
    • Jihad pada malam hari dengan shalat malam.
Barangsiapa yang memadukan kedua jihad ini, memenuhi segala hak-haknya dan bersabar terhadapnya, niscaya diberikan kepadanya pahala yang tak terhitung. Lihat Lathaa'iful Ma 'arif, oleh Ibnu Rajab, him. 163,165 dan 183.

HIASI CINTA DENGAN SENYUM.............. ^_*

hmm.. lagi2 aku belum bisa menulis sendiri.
mesti banyak belajar.
ini copasan dari note seorang temen di seberang pulau. semoga bermanfaat.
 
 
oleh Ning Selalutersenyum Ceria pada 22 Juni 2011 jam 18:57
Hadirnya meringankan beban, menghapus perasangka buruk, dan mengokohkan kasih sayang.
Sejatinya senyum adalah jendela hati. Dari senyuman kita bisa mengetahui suasana dan isi hati seseorang. Senyuman yang terkembang berarti juga sebuah sinyal bagi orang lain untuk diterima kehadirannya dan diperbolehkan untuk bersama. Karena itu, mari mencoba mengingat-ingat berapa kali sehari kita tersenyum pada pasangan.
Keberadaan pasangan dalam hidup tentu menghadirkan begitu banyak kebaikan yang hadir. Kebaikan yang mungkin telah kita ketahui macamnya dan telah menjadi bagian dari rutinitas hidup. Akan menjadi sangat mungkin, kebaikan itu jadi tak berwarna dan tak bervariasi. Karena itu, senyum adalah sebuah awal untuk membuat kedekatan semakin erat dan penyubur kebaikan-kebaikan lainnya menjelma.

Awal Kebaikan
Sejenak, mari mengingat bahwa kasih sayang yang terjalin antara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan para sahabat semakin kokoh dari hari ke hari, tak lain karena senyum yang senantiasa terkembang. Jarir bin Abdillah RA berkata, “Sejak aku masuk Islam, Nabi tidak pernah menghalangiku untuk menemuinya. Dan setiap kali berjumpa denganku, beliau selalu tersenyum padaku.” (Riwayat Al-Bukhari).
Alangkah indahnya bila pertalian hati ini pun menjelma dalam hubungan dengan pasangan kita. Senyum yang berarti penerimaan kita atas kehadirannya, sekaligus perlambang rasa cinta kita atas kebaikan yang selalu dihadirkannya dalam kebersamaan, akan menghapus berbagai prasangka dan menghadirkan kebaikan yang bertambah-tambah.
Karena itu, Rasulullah khusus berpesan agar setiap umatnya senantiasa berwajah cerah dan tersenyum pada suaminya atau istrinya. Bagi para istri, Nabi bersabda, “Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki? Yaitu istri salehah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan menaatinya, dan bila ia pergi istrinya akan menjaga harta dan keluarganya.” Sabda ini pun berlanjut pada kewajiban seorang suami, yaitu, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yg paling baik akhlak dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.”
Rasulullah mewasiatkan perkara tersenyum dan berakhlaq yang baik pada pasangan sejak berbelas abad yang lalu. Terbukti, senyum memang perkara yang begitu penting dalam kehidupan berumahtangga sekarang ini. Berapa banyak orang yang mudah tersenyum pada orang lain, tetapi tingkah lakunya sangat tak menyenangkan di dalam rumah. Berapa banyak kini orang yang sangat sigap berbuat baik pada orang lain, tetapi sangat malas dan berat tangan ketika harus membantu pekerjaan istrinya. Tentu semua kondisi ini sangat mengganggu keharmonisan hubungan suami dan istri.
Padahal, bila setiap pasangan memahami betapa pentingnya berbuat baik disertai wajah yang cerah dan senyum yang dikembangkan, tentu banyak masalah yang terselesaikan dengan baik. Kita bisa rasakan, saat pekerjaan tengah bertumpuk, bila uluran tangan tak datang untuk meringankan, seulas senyum dan perhatian yang menyenangkan tentu sudah sangat berarti untuk melepaskan beban yang memberat dalam hati. Karena itu, Rasulullah bahkan mewasiatkan pada setiap Muslim untuk tersenyum sebagai sedekahnya pada sesama Muslim. “Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu.” (Riwayat Tirmidzi)

Peringan Beban
Senyum memang sangat besar efeknya bagi kondisi psikologis seseorang. Bisa dibayangkan bila seseorang tengah merasakan kegelisahan yang sangat, tentu senyum yang datang seakan memberi kesempatan baginya untuk menemukan jalan keluar dari masalah.
Kita tentu bisa merasakan ketika harus berangkat menuju kantor atau melakukan perjalanan menuju suatu tempat di pagi hari. Suasana jalan yang padat, berdesakan di dalam angkutan umum, dan kemacetan pastinya membuat perjalanan itu terasa sangat melelahkan. Seulas senyum yang kita lihat dari orang lain, meski ia tak sedang tersenyum pada kita tentu sudah memberi warna yang berbeda. Apalagi bila senyum itu datang dari orang yang seperjalanan dan “sependeritaan” dengan kita. Senyum bisa menjadi awal percakapan yang menyenangkan atau paling tidak bisa sejenak melupakan kepenatan.
Inilah pula yang dirasakan oleh pasangan kita manakala pagi hari menyapa. Sang suami sibuk berkemas berangkat kerja. Bersiap menyambut kemacetan jalan dan bersiap berjibaku dengan beban pekerjaan yang belum tentu sesuai dengan keinginannya. Begitu juga seorang istri. Pagi bagi seorang istri sekaligus ibu adalah waktu yang paling sibuk. Begitu banyak pekerjaan telah menanti, belum lagi permintaan untuk melakukan ini dan itu yang datang dari suami dan si buah hati.
Sungguh, semua rutinitas ini sangat melelahkan jiwa. Alangkah indahnya, bila semua rutinitas yang membelit itu dijalani dengan keceriaan dan senyum yang mengembang. Dampaknya begitu terasa. Bagi seorang suami, bila berangkat kerja dengan diiringi doa dan senyum; beban yang menggelayut rasanya sudah terkurangi separuh di rumah. Berganti semangat untuk mewujudkan harapan-harapan istri dan anak di rumah. Begitupun dengan sang istri yang harus berjibaku dengan pekerjaan rumah yang tak pernah berganti dan berhenti. Senyum dari suami pasti akan membuat hati akan terasa lebih ringan dan suasana pun menjadi nyaman. Senyum, paling tidak, akan melegakan dan sebuah bentuk pengertian.

Penyelesai Masalah
Kesalahpahaman dan masalah yang membelit juga akan lebih mudah diselesaikan dengan senyum yang disertai dengan ketulusan. Abraham Lincoln pernah mengatakan, “Sebagian besar orang hampir sebahagian yang mereka pikirkan.” Perkataan ini menegaskan pada kita bahwa apa yang kita pikirkan sangat mempengaruhi tindakan bahkan kualitas diri kita. Bisa dibayangkan bila kita memiliki pikiran negatif terhadap orang lain, maka apapun tindakan kita yang berkaitan dengan orang tersebut pasti juga akan negatif. Termasuk pada pasangan. Dampak negatifnya pasti akan meluas pada segala hal. Cobalah untuk memutus rantai muatan negatif ini dengan senyum.
Senyum juga membawa dampak positif pada cara kita berpikir. Senyum yang berusaha kita hadirkan dalam kondisi seperti apapun akan membimbing kita dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Pikiran kita akan terdorong untuk memandang kemelut yang terjadi dari sisi yang positif dan menghindarkan kita dari stress. Otak pun akan mendorong tubuh mengeluarkan energi yang akan membangun imunitas di dalam dan di luar tubuh, memperbaiki kualitas darah, dan memperbaiki kualitas udara yang kita hirup.
Inilah luar biasanya teladan yang diberikan oleh Rasulullah. Inilah kebaikan yang tersimpan dalam sabdanya, “Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apa pun, sekalipun itu hanya bermuka manis saat berjumpa saudaramu.” (Riwayat Muslim)

Karena itu, mulai saat ini, berusahalah untuk senantiasa tersenyum. Buatlah tiap ulasnya yang menghiasi wajah kita berarti kasih sayang dan kebaikan, terutama untuk pasangan kita.*SUARA HHIDAYATULLAH,

Mau PBL, Mau KKN, orientasi kita hanya Allah,maka Istiqomahlah!!

d copas dari salah satu note seorang akhwat, teman perjuangan
yang mempunyai ghirah yang luar biasa.semoga bermanfaat.. ^_^
(dengan sedikit editan)

oleh Mul Husnaini pada 23 Juni 2011 jam 10:11
Akhir-akhir ini setiap masuk ke lingkungan kampus, aura-aura yang sangat terasa adalah detik-detik menjelang PBL dan KKN. PBL (Praktek Belajar Lapangan) I untuk adik-adik 2009 FKM, dan KKN untuk adik-adik 2008.

Setiap bertemu pun kini yang dibahas lebih didominasi pembicaraan seputar persiapan-persiapan menghadapi kedua kegiatan tersebut. Tidak mengherankan kedua kegiatan ini seolah menjadi momok yang agak sedikit ‘menakutkan’ bagi mereka yang akan menghadapinya.

Dulu, saya juga pernah merasakan sensasinya.


Di sinilah keistiqomahan dan jati diri seorang aktifis dakwah diuji. Dimana mereka akan menghadapi kondisi yang jauh dari bi’ah (lingkungan) yang kondusif di kampus. Inilah tantangannya, kita akan menghadapi masyarakat dan teman-teman yang heterogen. Untuk yang PBL mungkin agak lebih ringan kurang lebih seminggu. Untuk yang KKN, selama 2 bulan, mereka akan dituntut untuk lebih memaksimalkan penjagaan diri.


Sebenarnya konsepnya sangat jelas, selama orientasi kita adalah Allah, apapun kegiatan itu, dimanapun kita, maka kita akan mampu melakukan penjagaan terhadap diri kita masing-masing. Tantangan selanjutnya bagi aktifis/ kader dakwah yang dikenal oleh ‘masyarakat’ kampus sebagai patokan adalah penjagaan citra lembaga/ organisasi. Bagaimana tetap mempertahankan citra positif di tengah anggota kelompok dan masyarakat..

Untuk Allah, untuk dakwah yang kita cinta…
Semoga senantiasa dikuatkan adik-adikku..


Melalui note ini, bagi siapa saja yang mau memberikan suntikan semangat dan motivasi, share pengalaman, share apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi PBL dan KKN, share kegiatan dakwah yang bisa dilakukan, sangat ditunggu…

corat coret

bingung mengawalinya
tapi tak apa. aku coba saja...
hemm.. pertama kalinya buat sesuatu yang baru, harus ada ucapan selamat agar termotivasi untuk mencoba lagi. karna, ketika berhasil terhadap suatu hal sebenarnya ia baru selesai melewati proses panjang yang menjadikan dia mampu untuk menyelesaikan itu. yang paling besar adalah ia elah selesai memotivasi diri sendiri. memotivasi dirinya untuk mencoba. walaupun awalnya tidak tau sama sekali.
ugh... ternyata tidak mudah. namun, akan dan selalu ada kepuasaan tersendiri ketika proses itu selesai dan membuahkan hasil. selesaikah sampai di situ? tidak, tentu tidak. akan terus mengeksplorasi dan terus mencoba.
hmmm... ya ini pengalaman pribadi. aku baru saja selesai melaukan sesuatu yang buat sebagian orang mungkin biasa saja. tapi buatku ini luarbiasa. kenpa? ya karena aku bukan orang yang pandai memotivasi diri. manusia biasa. yang hanya punya impian.
ternyata lumayan melelahkan. kawan, yang mungkin berkunjung dan membaca catatan kecil ini, aku berharap kalian bisa dan mau m"memaksa" diri dalam hal kebaikan tentunya.
hmm,, jadi teringat pesan seorang ustad di sebuah kajian di kampus. "terkadang beramal itu harus di paksakan, awalnya, agar terbiasa. dan kunci dari beramal adalah SABAR + IKHLAS =  BAHAGIA"
Terus berbuat baik, terus beramal, terus mencoba. SeMaNgAT!!!!!!!!!

"Senyumlaah.."


eramuslim - Perputaran waktu yang terjadi sungguh sangat cepat. Belum lama kita menyambut kedatangan tamu Allah, Ramadhan Mubarak. Kini telah berlalu sepertiga dari waktu yang ditentukan Allah untuk kita menemaninya.
Ya, berlalu sepertiga berarti takkan lama lagi ia akan berlalu. Dan hari-hari indah itu hanya tinggal kenangan. 
Sepertiga pertamanya rahmah demikian kata Rasulullah Saw. menjelaskan karakteristik bulan barakah ini.
Rahmah menjadi permulaan kebaikan yang kita lakukan Dengan menyebut asma Allah yang Rahman dan yang Rahim. Rahmah yang menjadi kata di awal persuaan dua orang mukmin,Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Rahmah yang menjadi sebab kelembutan Rasulullah Saw. dalam berdakwah. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka. (QS. 3:159) Dalam Al Qur’an pun Ar Rahman menjadi satu-satunya nama surat Al Qur’an yang menggunakan salah satu dari al asma al husna.
Betapa besar nilai sebuah rahmah. Apalagi rahmah dari Allah yang merefleksikan cinta dan kasih sayang-Nya.
Dan hari ini kita berada dipersimpangan cinta dan rahmah-Nya. Marilah kita bersama-sama muhasabah.
Sudahkah kita menjadi orang yang penyayang terhadap yang lemah. Pengasih terhadap yang fakir. Lembut terhadap orang lain. Pemaaf terhadap kekhilafan saudara kita. Mencintai orang-orang yang mencintai kita. Memberikan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, kepada orang-orang yang mencintai-Nya serta segala sesuatu yang dapat mendekatkan kita kepada cinta-Nya. Menebarkan cinta kepada orang-orang yang membenci kita. Menyambung tautan persaudaraan kepada mereka yang memutusnya karena ketidaktahuan atau karena kesalahpahaman yang dibesar-besarkan.
Sudahkah kita mencintai kaum muslimin. Mencintai sesama manusia. Menyayangi makhluk-makhluk Allah. Sekalipun seekor ikan dalam akuarium yang ada di ruang tamu kita. Sekalipun seekor kucing yang berada dalam rumah kita. Sekalipun seekor burung yang ada di depan rumah kita. Atau tanam-tanaman yang menghias halaman rumah kita.
Sudahkah benar-benar kita menghayati sepuluh hari yang penuh cinta ini? Sehingga kita menjadi orang yang benar-benar penyayang dan pengasih terhadap siapa saja. Terutama terhadap saudara kita, sesama kaum muslimin. Masih adakah setelah itu kedengkian. Kebencian. Iri dan dengki. Atau bahkan permusuhan?
Sayangilah orang-orang yang ada di bumi, niscaya engkau akan disayangi oleh mereka yang di langit dan malaikat pun akan menyayangi kita. Barang siapa yang tidak menyayangi takkan pernah disayangi. Bila kita tak pernah mengasihi dan menyayangi orang lain bagaimana mungkin kita berani mengemis cinta-Nya. Sungguh, sangat malu.
Sebelum kita menyayangi dan mengasihi serta mencintai orang lain, kita cintai diri kita sendiri. Mencintai diri sendiri dengan menanamkan kecintaan terhadap cinta. Menanamkan cinta berarti mencabut dengki dan permusuhan. Menyemaikan kasih sayang berarti membuang iri dan buruk sangka. Menyuburkan cinta dan kasih sayang berarti memupuk kebaikan terhadap diri kita untuk mempergunakan waktu yang disediakan Allah dengan mengoptimalkan potensi dan kesempatan. Mentadabburi ayat-ayat-Nya, menyentuhkan kening kita dengan sepenuh cinta, menguraikan air mata cinta pada-Nya, menolong sesama dengan cinta-Nya, bahkan mengeluhkan segalanya kepada Dzat yang selalu memiliki cinta. Dzat yang sayang-Nya takkan berbilang. Dzat yang kasih-Nya tiada pernah pilih kasih. Lautan cinta-Nya tanpa batas dan tak bertepi.
Adakah alasan setelah ini untuk berputus asa?
Hanya mereka yang benar-benar telah kehilangan rasa cinta terhadap dirinya yang berputus asa. Semua yang ada di langit di bumi selalu minta kepada-Nya.Setiap waktu Dia dalam kesibukan.(QS.55:29)
Allah Maha Mengetahui. Meski setiap detik dan setiap waktu berbagai permohonan diajukan kepada-Nya. Mereka yang memohon ampunan dan cinta-Nya. Mereka yang memohon rizki yang halal dan berkah. Mereka yang memohon anak yang shalih. Mereka yang memohon kelulusan dalam ujian. Mereka yang memohon pekerjaan. Mereka yang mohon dimudahkan jodohnya. Mereka yang memohon kesembuhan dari penyakit. Mereka yang mohon keselamatan dalam perjalanannya. Mereka yang memohon diselamatkan dari mara bahaya. Mereka yang memohon perlindungan dari godaan nafsu dan syeitan. Mereka yang memohon perlindungan dari kejahatan perampok dan tipu daya pencuri.
Dan Allah Maha Mendengar. Selalu mendengar rintihan fakir miskin dan anak yatim. Mendengar keluhan orang-orang tertindas yang didhalimi. Mendengar kepanikan mereka yang dikejar-kejar kedhaliman. Mendengar keluh kesah orang-orang lemah..Disamping itu Dia tetap menghidupkan dan mematikan, memberi rizki dan menahannya.
Namun, bosankah Allah mendengar itu semua? Pernahkah Dia kuwalahan menerima semuanya? Pernahkah Dia kehilangan stok cinta? Apakah kita belum yakin akan janji-Nya, Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. 2:186)
Dan karunia berharga berupa bulan Ramadhan ini telah benar-benar ada di hadapan kita. Bahkan telah bersama kita sepertiga waktunya. Benarkah kita menjadi orang-orang yang dirahmati. Benarkah kita merasakan adanya rahmah Allah dalam diri kita. Bersama, kita renungkan dan bayangkan. Seandainya saat ini Allah menunjukkan kepada kita daftar orang-orang yang bernar-benar dikasihi dan dicintai-Nya selama sepuluh hari pertama di bulan ini, bisakah kita menjawab pertanyaan berikut: Apakah kita termasuk di dalam daftar tersebut. Berada pada urutan berapakah?
Bila kita tak mampu menjawabnya. Takut… sungguh sangat takut kita menjawabnya. Karena keterbatasan kita. Karena kelengahan kita. Maka beristighfarlah. Segera bangun dari kelalaian. Allah telah membuka persimpangan cinta-Nya dengan karunia baru.
Dan tengahnya adalah maghfirah demikian Rasulullah Saw. menyambung keterangan beliau tentang karakteristik bulan ini. Ada sepuluh hari berikutnya. Maka segera kita gunakan untuk memperbaiki hari kita yang telah lewat. Dengan sepenuh cinta. Karena tiada jaminan kita akan menyelesaikan sepuluh hari ke depan. Semuanya serba ghaib dan menjadi rahasia Allah.
Ya Rahman karuniailah kami cinta-Mu. Karuniailah kami kecintaan kepada kebaikan-Mu, kekuatan melakukan kebaikan, serta kemampuan menebarkan kebaikan di sekeliling kami. Ya Ghafur, ampunilah segala kekhilafan kami dalam mempergunakan hari-hari-Mu. Memanfaatkan peluang cinta yang Kau beri. Ampunilah kami dan masukkanlah kami ke dalam golongan mereka yang disayangi dan dicintai serta diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka-Mu.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. 55:13)
Al Muhandis

Ruh Amal Adalah Ikhlas


eramuslim - Perputaran waktu yang terjadi sungguh sangat cepat. Belum lama kita menyambut kedatangan tamu Allah, Ramadhan Mubarak. Kini telah berlalu sepertiga dari waktu yang ditentukan Allah untuk kita menemaninya.
Ya, berlalu sepertiga berarti takkan lama lagi ia akan berlalu. Dan hari-hari indah itu hanya tinggal kenangan. 
Sepertiga pertamanya rahmah demikian kata Rasulullah Saw. menjelaskan karakteristik bulan barakah ini.
Rahmah menjadi permulaan kebaikan yang kita lakukan Dengan menyebut asma Allah yang Rahman dan yang Rahim. Rahmah yang menjadi kata di awal persuaan dua orang mukmin,Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Rahmah yang menjadi sebab kelembutan Rasulullah Saw. dalam berdakwah. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka. (QS. 3:159) Dalam Al Qur’an pun Ar Rahman menjadi satu-satunya nama surat Al Qur’an yang menggunakan salah satu dari al asma al husna.
Betapa besar nilai sebuah rahmah. Apalagi rahmah dari Allah yang merefleksikan cinta dan kasih sayang-Nya.
Dan hari ini kita berada dipersimpangan cinta dan rahmah-Nya. Marilah kita bersama-sama muhasabah.
Sudahkah kita menjadi orang yang penyayang terhadap yang lemah. Pengasih terhadap yang fakir. Lembut terhadap orang lain. Pemaaf terhadap kekhilafan saudara kita. Mencintai orang-orang yang mencintai kita. Memberikan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, kepada orang-orang yang mencintai-Nya serta segala sesuatu yang dapat mendekatkan kita kepada cinta-Nya. Menebarkan cinta kepada orang-orang yang membenci kita. Menyambung tautan persaudaraan kepada mereka yang memutusnya karena ketidaktahuan atau karena kesalahpahaman yang dibesar-besarkan.
Sudahkah kita mencintai kaum muslimin. Mencintai sesama manusia. Menyayangi makhluk-makhluk Allah. Sekalipun seekor ikan dalam akuarium yang ada di ruang tamu kita. Sekalipun seekor kucing yang berada dalam rumah kita. Sekalipun seekor burung yang ada di depan rumah kita. Atau tanam-tanaman yang menghias halaman rumah kita.
Sudahkah benar-benar kita menghayati sepuluh hari yang penuh cinta ini? Sehingga kita menjadi orang yang benar-benar penyayang dan pengasih terhadap siapa saja. Terutama terhadap saudara kita, sesama kaum muslimin. Masih adakah setelah itu kedengkian. Kebencian. Iri dan dengki. Atau bahkan permusuhan?
Sayangilah orang-orang yang ada di bumi, niscaya engkau akan disayangi oleh mereka yang di langit dan malaikat pun akan menyayangi kita. Barang siapa yang tidak menyayangi takkan pernah disayangi. Bila kita tak pernah mengasihi dan menyayangi orang lain bagaimana mungkin kita berani mengemis cinta-Nya. Sungguh, sangat malu.
Sebelum kita menyayangi dan mengasihi serta mencintai orang lain, kita cintai diri kita sendiri. Mencintai diri sendiri dengan menanamkan kecintaan terhadap cinta. Menanamkan cinta berarti mencabut dengki dan permusuhan. Menyemaikan kasih sayang berarti membuang iri dan buruk sangka. Menyuburkan cinta dan kasih sayang berarti memupuk kebaikan terhadap diri kita untuk mempergunakan waktu yang disediakan Allah dengan mengoptimalkan potensi dan kesempatan. Mentadabburi ayat-ayat-Nya, menyentuhkan kening kita dengan sepenuh cinta, menguraikan air mata cinta pada-Nya, menolong sesama dengan cinta-Nya, bahkan mengeluhkan segalanya kepada Dzat yang selalu memiliki cinta. Dzat yang sayang-Nya takkan berbilang. Dzat yang kasih-Nya tiada pernah pilih kasih. Lautan cinta-Nya tanpa batas dan tak bertepi.
Adakah alasan setelah ini untuk berputus asa?
Hanya mereka yang benar-benar telah kehilangan rasa cinta terhadap dirinya yang berputus asa. Semua yang ada di langit di bumi selalu minta kepada-Nya.Setiap waktu Dia dalam kesibukan.(QS.55:29)
Allah Maha Mengetahui. Meski setiap detik dan setiap waktu berbagai permohonan diajukan kepada-Nya. Mereka yang memohon ampunan dan cinta-Nya. Mereka yang memohon rizki yang halal dan berkah. Mereka yang memohon anak yang shalih. Mereka yang memohon kelulusan dalam ujian. Mereka yang memohon pekerjaan. Mereka yang mohon dimudahkan jodohnya. Mereka yang memohon kesembuhan dari penyakit. Mereka yang mohon keselamatan dalam perjalanannya. Mereka yang memohon diselamatkan dari mara bahaya. Mereka yang memohon perlindungan dari godaan nafsu dan syeitan. Mereka yang memohon perlindungan dari kejahatan perampok dan tipu daya pencuri.
Dan Allah Maha Mendengar. Selalu mendengar rintihan fakir miskin dan anak yatim. Mendengar keluhan orang-orang tertindas yang didhalimi. Mendengar kepanikan mereka yang dikejar-kejar kedhaliman. Mendengar keluh kesah orang-orang lemah..Disamping itu Dia tetap menghidupkan dan mematikan, memberi rizki dan menahannya.
Namun, bosankah Allah mendengar itu semua? Pernahkah Dia kuwalahan menerima semuanya? Pernahkah Dia kehilangan stok cinta? Apakah kita belum yakin akan janji-Nya, Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. 2:186)
Dan karunia berharga berupa bulan Ramadhan ini telah benar-benar ada di hadapan kita. Bahkan telah bersama kita sepertiga waktunya. Benarkah kita menjadi orang-orang yang dirahmati. Benarkah kita merasakan adanya rahmah Allah dalam diri kita. Bersama, kita renungkan dan bayangkan. Seandainya saat ini Allah menunjukkan kepada kita daftar orang-orang yang bernar-benar dikasihi dan dicintai-Nya selama sepuluh hari pertama di bulan ini, bisakah kita menjawab pertanyaan berikut: Apakah kita termasuk di dalam daftar tersebut. Berada pada urutan berapakah?
Bila kita tak mampu menjawabnya. Takut… sungguh sangat takut kita menjawabnya. Karena keterbatasan kita. Karena kelengahan kita. Maka beristighfarlah. Segera bangun dari kelalaian. Allah telah membuka persimpangan cinta-Nya dengan karunia baru.
Dan tengahnya adalah maghfirah demikian Rasulullah Saw. menyambung keterangan beliau tentang karakteristik bulan ini. Ada sepuluh hari berikutnya. Maka segera kita gunakan untuk memperbaiki hari kita yang telah lewat. Dengan sepenuh cinta. Karena tiada jaminan kita akan menyelesaikan sepuluh hari ke depan. Semuanya serba ghaib dan menjadi rahasia Allah.
Ya Rahman karuniailah kami cinta-Mu. Karuniailah kami kecintaan kepada kebaikan-Mu, kekuatan melakukan kebaikan, serta kemampuan menebarkan kebaikan di sekeliling kami. Ya Ghafur, ampunilah segala kekhilafan kami dalam mempergunakan hari-hari-Mu. Memanfaatkan peluang cinta yang Kau beri. Ampunilah kami dan masukkanlah kami ke dalam golongan mereka yang disayangi dan dicintai serta diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka-Mu.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. 55:13)
Al Muhandis

PERSIMPANGAN CINTA


eramuslim - Perputaran waktu yang terjadi sungguh sangat cepat. Belum lama kita menyambut kedatangan tamu Allah, Ramadhan Mubarak. Kini telah berlalu sepertiga dari waktu yang ditentukan Allah untuk kita menemaninya.
Ya, berlalu sepertiga berarti takkan lama lagi ia akan berlalu. Dan hari-hari indah itu hanya tinggal kenangan. 
Sepertiga pertamanya rahmah demikian kata Rasulullah Saw. menjelaskan karakteristik bulan barakah ini.
Rahmah menjadi permulaan kebaikan yang kita lakukan Dengan menyebut asma Allah yang Rahman dan yang Rahim. Rahmah yang menjadi kata di awal persuaan dua orang mukmin,Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Rahmah yang menjadi sebab kelembutan Rasulullah Saw. dalam berdakwah. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka. (QS. 3:159) Dalam Al Qur’an pun Ar Rahman menjadi satu-satunya nama surat Al Qur’an yang menggunakan salah satu dari al asma al husna.
Betapa besar nilai sebuah rahmah. Apalagi rahmah dari Allah yang merefleksikan cinta dan kasih sayang-Nya.
Dan hari ini kita berada dipersimpangan cinta dan rahmah-Nya. Marilah kita bersama-sama muhasabah.
Sudahkah kita menjadi orang yang penyayang terhadap yang lemah. Pengasih terhadap yang fakir. Lembut terhadap orang lain. Pemaaf terhadap kekhilafan saudara kita. Mencintai orang-orang yang mencintai kita. Memberikan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, kepada orang-orang yang mencintai-Nya serta segala sesuatu yang dapat mendekatkan kita kepada cinta-Nya. Menebarkan cinta kepada orang-orang yang membenci kita. Menyambung tautan persaudaraan kepada mereka yang memutusnya karena ketidaktahuan atau karena kesalahpahaman yang dibesar-besarkan.
Sudahkah kita mencintai kaum muslimin. Mencintai sesama manusia. Menyayangi makhluk-makhluk Allah. Sekalipun seekor ikan dalam akuarium yang ada di ruang tamu kita. Sekalipun seekor kucing yang berada dalam rumah kita. Sekalipun seekor burung yang ada di depan rumah kita. Atau tanam-tanaman yang menghias halaman rumah kita.
Sudahkah benar-benar kita menghayati sepuluh hari yang penuh cinta ini? Sehingga kita menjadi orang yang benar-benar penyayang dan pengasih terhadap siapa saja. Terutama terhadap saudara kita, sesama kaum muslimin. Masih adakah setelah itu kedengkian. Kebencian. Iri dan dengki. Atau bahkan permusuhan?
Sayangilah orang-orang yang ada di bumi, niscaya engkau akan disayangi oleh mereka yang di langit dan malaikat pun akan menyayangi kita. Barang siapa yang tidak menyayangi takkan pernah disayangi. Bila kita tak pernah mengasihi dan menyayangi orang lain bagaimana mungkin kita berani mengemis cinta-Nya. Sungguh, sangat malu.
Sebelum kita menyayangi dan mengasihi serta mencintai orang lain, kita cintai diri kita sendiri. Mencintai diri sendiri dengan menanamkan kecintaan terhadap cinta. Menanamkan cinta berarti mencabut dengki dan permusuhan. Menyemaikan kasih sayang berarti membuang iri dan buruk sangka. Menyuburkan cinta dan kasih sayang berarti memupuk kebaikan terhadap diri kita untuk mempergunakan waktu yang disediakan Allah dengan mengoptimalkan potensi dan kesempatan. Mentadabburi ayat-ayat-Nya, menyentuhkan kening kita dengan sepenuh cinta, menguraikan air mata cinta pada-Nya, menolong sesama dengan cinta-Nya, bahkan mengeluhkan segalanya kepada Dzat yang selalu memiliki cinta. Dzat yang sayang-Nya takkan berbilang. Dzat yang kasih-Nya tiada pernah pilih kasih. Lautan cinta-Nya tanpa batas dan tak bertepi.
Adakah alasan setelah ini untuk berputus asa?
Hanya mereka yang benar-benar telah kehilangan rasa cinta terhadap dirinya yang berputus asa. Semua yang ada di langit di bumi selalu minta kepada-Nya.Setiap waktu Dia dalam kesibukan.(QS.55:29)
Allah Maha Mengetahui. Meski setiap detik dan setiap waktu berbagai permohonan diajukan kepada-Nya. Mereka yang memohon ampunan dan cinta-Nya. Mereka yang memohon rizki yang halal dan berkah. Mereka yang memohon anak yang shalih. Mereka yang memohon kelulusan dalam ujian. Mereka yang memohon pekerjaan. Mereka yang mohon dimudahkan jodohnya. Mereka yang memohon kesembuhan dari penyakit. Mereka yang mohon keselamatan dalam perjalanannya. Mereka yang memohon diselamatkan dari mara bahaya. Mereka yang memohon perlindungan dari godaan nafsu dan syeitan. Mereka yang memohon perlindungan dari kejahatan perampok dan tipu daya pencuri.
Dan Allah Maha Mendengar. Selalu mendengar rintihan fakir miskin dan anak yatim. Mendengar keluhan orang-orang tertindas yang didhalimi. Mendengar kepanikan mereka yang dikejar-kejar kedhaliman. Mendengar keluh kesah orang-orang lemah..Disamping itu Dia tetap menghidupkan dan mematikan, memberi rizki dan menahannya.
Namun, bosankah Allah mendengar itu semua? Pernahkah Dia kuwalahan menerima semuanya? Pernahkah Dia kehilangan stok cinta? Apakah kita belum yakin akan janji-Nya, Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. 2:186)
Dan karunia berharga berupa bulan Ramadhan ini telah benar-benar ada di hadapan kita. Bahkan telah bersama kita sepertiga waktunya. Benarkah kita menjadi orang-orang yang dirahmati. Benarkah kita merasakan adanya rahmah Allah dalam diri kita. Bersama, kita renungkan dan bayangkan. Seandainya saat ini Allah menunjukkan kepada kita daftar orang-orang yang bernar-benar dikasihi dan dicintai-Nya selama sepuluh hari pertama di bulan ini, bisakah kita menjawab pertanyaan berikut: Apakah kita termasuk di dalam daftar tersebut. Berada pada urutan berapakah?
Bila kita tak mampu menjawabnya. Takut… sungguh sangat takut kita menjawabnya. Karena keterbatasan kita. Karena kelengahan kita. Maka beristighfarlah. Segera bangun dari kelalaian. Allah telah membuka persimpangan cinta-Nya dengan karunia baru.
Dan tengahnya adalah maghfirah demikian Rasulullah Saw. menyambung keterangan beliau tentang karakteristik bulan ini. Ada sepuluh hari berikutnya. Maka segera kita gunakan untuk memperbaiki hari kita yang telah lewat. Dengan sepenuh cinta. Karena tiada jaminan kita akan menyelesaikan sepuluh hari ke depan. Semuanya serba ghaib dan menjadi rahasia Allah.
Ya Rahman karuniailah kami cinta-Mu. Karuniailah kami kecintaan kepada kebaikan-Mu, kekuatan melakukan kebaikan, serta kemampuan menebarkan kebaikan di sekeliling kami. Ya Ghafur, ampunilah segala kekhilafan kami dalam mempergunakan hari-hari-Mu. Memanfaatkan peluang cinta yang Kau beri. Ampunilah kami dan masukkanlah kami ke dalam golongan mereka yang disayangi dan dicintai serta diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka-Mu.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. 55:13)
Al Muhandis