"sampaikanlah walau hanya satu ayat"

Rabu, 22 Juni 2011

HIASI CINTA DENGAN SENYUM.............. ^_*

hmm.. lagi2 aku belum bisa menulis sendiri.
mesti banyak belajar.
ini copasan dari note seorang temen di seberang pulau. semoga bermanfaat.
 
 
oleh Ning Selalutersenyum Ceria pada 22 Juni 2011 jam 18:57
Hadirnya meringankan beban, menghapus perasangka buruk, dan mengokohkan kasih sayang.
Sejatinya senyum adalah jendela hati. Dari senyuman kita bisa mengetahui suasana dan isi hati seseorang. Senyuman yang terkembang berarti juga sebuah sinyal bagi orang lain untuk diterima kehadirannya dan diperbolehkan untuk bersama. Karena itu, mari mencoba mengingat-ingat berapa kali sehari kita tersenyum pada pasangan.
Keberadaan pasangan dalam hidup tentu menghadirkan begitu banyak kebaikan yang hadir. Kebaikan yang mungkin telah kita ketahui macamnya dan telah menjadi bagian dari rutinitas hidup. Akan menjadi sangat mungkin, kebaikan itu jadi tak berwarna dan tak bervariasi. Karena itu, senyum adalah sebuah awal untuk membuat kedekatan semakin erat dan penyubur kebaikan-kebaikan lainnya menjelma.

Awal Kebaikan
Sejenak, mari mengingat bahwa kasih sayang yang terjalin antara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan para sahabat semakin kokoh dari hari ke hari, tak lain karena senyum yang senantiasa terkembang. Jarir bin Abdillah RA berkata, “Sejak aku masuk Islam, Nabi tidak pernah menghalangiku untuk menemuinya. Dan setiap kali berjumpa denganku, beliau selalu tersenyum padaku.” (Riwayat Al-Bukhari).
Alangkah indahnya bila pertalian hati ini pun menjelma dalam hubungan dengan pasangan kita. Senyum yang berarti penerimaan kita atas kehadirannya, sekaligus perlambang rasa cinta kita atas kebaikan yang selalu dihadirkannya dalam kebersamaan, akan menghapus berbagai prasangka dan menghadirkan kebaikan yang bertambah-tambah.
Karena itu, Rasulullah khusus berpesan agar setiap umatnya senantiasa berwajah cerah dan tersenyum pada suaminya atau istrinya. Bagi para istri, Nabi bersabda, “Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki? Yaitu istri salehah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan menaatinya, dan bila ia pergi istrinya akan menjaga harta dan keluarganya.” Sabda ini pun berlanjut pada kewajiban seorang suami, yaitu, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yg paling baik akhlak dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.”
Rasulullah mewasiatkan perkara tersenyum dan berakhlaq yang baik pada pasangan sejak berbelas abad yang lalu. Terbukti, senyum memang perkara yang begitu penting dalam kehidupan berumahtangga sekarang ini. Berapa banyak orang yang mudah tersenyum pada orang lain, tetapi tingkah lakunya sangat tak menyenangkan di dalam rumah. Berapa banyak kini orang yang sangat sigap berbuat baik pada orang lain, tetapi sangat malas dan berat tangan ketika harus membantu pekerjaan istrinya. Tentu semua kondisi ini sangat mengganggu keharmonisan hubungan suami dan istri.
Padahal, bila setiap pasangan memahami betapa pentingnya berbuat baik disertai wajah yang cerah dan senyum yang dikembangkan, tentu banyak masalah yang terselesaikan dengan baik. Kita bisa rasakan, saat pekerjaan tengah bertumpuk, bila uluran tangan tak datang untuk meringankan, seulas senyum dan perhatian yang menyenangkan tentu sudah sangat berarti untuk melepaskan beban yang memberat dalam hati. Karena itu, Rasulullah bahkan mewasiatkan pada setiap Muslim untuk tersenyum sebagai sedekahnya pada sesama Muslim. “Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu.” (Riwayat Tirmidzi)

Peringan Beban
Senyum memang sangat besar efeknya bagi kondisi psikologis seseorang. Bisa dibayangkan bila seseorang tengah merasakan kegelisahan yang sangat, tentu senyum yang datang seakan memberi kesempatan baginya untuk menemukan jalan keluar dari masalah.
Kita tentu bisa merasakan ketika harus berangkat menuju kantor atau melakukan perjalanan menuju suatu tempat di pagi hari. Suasana jalan yang padat, berdesakan di dalam angkutan umum, dan kemacetan pastinya membuat perjalanan itu terasa sangat melelahkan. Seulas senyum yang kita lihat dari orang lain, meski ia tak sedang tersenyum pada kita tentu sudah memberi warna yang berbeda. Apalagi bila senyum itu datang dari orang yang seperjalanan dan “sependeritaan” dengan kita. Senyum bisa menjadi awal percakapan yang menyenangkan atau paling tidak bisa sejenak melupakan kepenatan.
Inilah pula yang dirasakan oleh pasangan kita manakala pagi hari menyapa. Sang suami sibuk berkemas berangkat kerja. Bersiap menyambut kemacetan jalan dan bersiap berjibaku dengan beban pekerjaan yang belum tentu sesuai dengan keinginannya. Begitu juga seorang istri. Pagi bagi seorang istri sekaligus ibu adalah waktu yang paling sibuk. Begitu banyak pekerjaan telah menanti, belum lagi permintaan untuk melakukan ini dan itu yang datang dari suami dan si buah hati.
Sungguh, semua rutinitas ini sangat melelahkan jiwa. Alangkah indahnya, bila semua rutinitas yang membelit itu dijalani dengan keceriaan dan senyum yang mengembang. Dampaknya begitu terasa. Bagi seorang suami, bila berangkat kerja dengan diiringi doa dan senyum; beban yang menggelayut rasanya sudah terkurangi separuh di rumah. Berganti semangat untuk mewujudkan harapan-harapan istri dan anak di rumah. Begitupun dengan sang istri yang harus berjibaku dengan pekerjaan rumah yang tak pernah berganti dan berhenti. Senyum dari suami pasti akan membuat hati akan terasa lebih ringan dan suasana pun menjadi nyaman. Senyum, paling tidak, akan melegakan dan sebuah bentuk pengertian.

Penyelesai Masalah
Kesalahpahaman dan masalah yang membelit juga akan lebih mudah diselesaikan dengan senyum yang disertai dengan ketulusan. Abraham Lincoln pernah mengatakan, “Sebagian besar orang hampir sebahagian yang mereka pikirkan.” Perkataan ini menegaskan pada kita bahwa apa yang kita pikirkan sangat mempengaruhi tindakan bahkan kualitas diri kita. Bisa dibayangkan bila kita memiliki pikiran negatif terhadap orang lain, maka apapun tindakan kita yang berkaitan dengan orang tersebut pasti juga akan negatif. Termasuk pada pasangan. Dampak negatifnya pasti akan meluas pada segala hal. Cobalah untuk memutus rantai muatan negatif ini dengan senyum.
Senyum juga membawa dampak positif pada cara kita berpikir. Senyum yang berusaha kita hadirkan dalam kondisi seperti apapun akan membimbing kita dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Pikiran kita akan terdorong untuk memandang kemelut yang terjadi dari sisi yang positif dan menghindarkan kita dari stress. Otak pun akan mendorong tubuh mengeluarkan energi yang akan membangun imunitas di dalam dan di luar tubuh, memperbaiki kualitas darah, dan memperbaiki kualitas udara yang kita hirup.
Inilah luar biasanya teladan yang diberikan oleh Rasulullah. Inilah kebaikan yang tersimpan dalam sabdanya, “Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apa pun, sekalipun itu hanya bermuka manis saat berjumpa saudaramu.” (Riwayat Muslim)

Karena itu, mulai saat ini, berusahalah untuk senantiasa tersenyum. Buatlah tiap ulasnya yang menghiasi wajah kita berarti kasih sayang dan kebaikan, terutama untuk pasangan kita.*SUARA HHIDAYATULLAH,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar